BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebudayaan Indonesia dapat didefinisikan sebagai
seluruh kebudayaan lokal yang telah ada sebelum bentuknya nasional Indonesia
pada tahun 1945. Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka
ragam suku-suku di Indonesia merupakan bagian integral daripada kebudayaan
Indonesia.
Banyak Tarian yang berasal dari Indonesia, sebagai
bangsa indonesia Tarian Tradisional adalah salah satu Budaya bangsa Untuk itu
alangkah baiknya apabila Tarian tradisional dapat Terus di Lestarikan sampai
kapanpun.
B. Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan
beberapa masalah yang dapat dikaji pada BAB selanjutnya yakni :
1. Pengertian
Reog Ponorogo
2. Sedjarah
Reog Ponorogo
3. Pementasan
seni Reog Ponorogo
4. Kontroversi
C. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Untuk
memenuhi salah satu tugas mata pelajaran seni budaya di MA Ma’arif 1
malangbong.
2. Untuk
mengetahui budaya tradisional yang ada di indonesia khususnya reog ponorogo.
3. Sebagai
salah satu bahan pengetahuan di bidang seni Budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reog Ponorogo
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal
dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog
yang sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok Warok dan Gemblak,
dua sosok yang ikut tampil pada saat Reog dipertunjukkan. Reog adalah salah
satu bukti budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal
yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat
B. Sejarah Reog
Ponorogo
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang
berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu
cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu,
seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang
berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak
rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun
melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan
sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela
diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak
muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
“sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi
cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
Dalam pertunjukan Reog ditampilkan topeng berbentuk
kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong”, raja hutan, yang menjadi
simbol untuk Kertabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga
menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan Cinanya
yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Jatilan, yang diperankan oleh
kelompok penari gemblak yang menunggangi kuda-kudaan menjadi simbol kekuatan
pasukan Kerajaan Majapahit yang menjadi perbandingan kontras dengan kekuatan
warok, yang berada dibalik topeng badut merah yang menjadi simbol untuk Ki
Ageng Kutu, sendirian dan menopang berat topeng singabarong yang mencapai lebih
dari 50kg hanya dengan menggunakan giginya [3]. Populernya Reog Ki Ageng Kutu
akhirnya menyebabkan Kertabumi mengambil tindakan dan menyerang perguruannya,
pemberontakan oleh warok dengan cepat diatasi, dan perguruan dilarang untuk
melanjutkan pengajaran akan warok. Namun murid-murid Ki Ageng kutu tetap
melanjutkannya secara diam-diam. Walaupun begitu, kesenian Reognya sendiri
masih diperbolehkan untuk dipentaskan karena sudah menjadi pertunjukan populer
diantara masyarakat, namun jalan ceritanya memiliki alur baru dimana
ditambahkan karakter-karakter dari cerita rakyat Ponorogo yaitu Kelono
Sewondono, Dewi Songgolangit, and Sri Genthayu.
Versi resmi alur cerita Reog Ponorogo kini adalah
cerita tentang Raja Ponorogo yang berniat melamar putri Kediri, Dewi Ragil
Kuning, namun ditengah perjalanan ia dicegat oleh Raja Singabarong dari Kediri.
Pasukan Raja Singabarong terdiri dari merak dan singa, sedangkan dari pihak
Kerajaan Ponorogo Raja Kelono dan Wakilnya Bujanganom, dikawal oleh warok (pria
berpakaian hitam-hitam dalam tariannya), dan warok ini memiliki ilmu hitam
mematikan. Seluruh tariannya merupakan tarian perang antara Kerajaan Kediri dan
Kerajaan Ponorogo, dan mengadu ilmu hitam antara keduanya, para penari dalam keadaan
‘kerasukan’ saat mementaskan tariannya.
Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa
yang menjadi warisan leluhur mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya.
Dalam pengalamannya Seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk
adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun temurun dan terjaga. Upacaranya
pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk
memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. mereka menganut garis
keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
C. Pementasan
Reog Ponorogo
Reog modern biasanya dipentaskan dalam beberapa
peristiwa seperti pernikahan, khitanan dan hari-hari besar Nasional. Seni Reog
Ponorogo terdiri dari beberapa rangkaian 2 sampai 3 tarian pembukaan. Tarian
pertama biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba
hitam, dengan muka dipoles warna merah. Para penari ini menggambarkan sosok
singa yang pemberani. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis
yang menaiki kuda. Pada reog tradisionil, penari ini biasanya diperankan oleh
penari laki-laki yang berpakaian wanita. Tarian ini dinamakan tari jaran
kepang, yang harus dibedakan dengan seni tari lain yaitu tari kuda lumping. Tarian
pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang
membawakan adegan lucu.
Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan
adegan inti yang isinya bergantung kondisi dimana seni reog ditampilkan. Jika
berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan.
Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar,
Adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti
skenario yang tersusun rapi. Disini selalu ada interaksi antara pemain dan
dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton.
Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain
bila pemain tersebut kelelahan. Yang lebih dipentingkan dalam pementasan seni
reog adalah memberikan kepuasan kepada penontonnya.
Adegan terakhir adalah singa barong, dimana pelaku
memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu
burung merak. Berat topeng ini bisa mencapai 50-60 kg. Topeng yang berat ini
dibawa oleh penarinya dengan gigi. Kemampuan untuk membawakan topeng ini selain
diperoleh dengan latihan yang berat, juga dipercaya diproleh dengan latihan
spiritual seperti puasa dan tapa.
D. Kontroversi
Tarian Reog Ponorogo yang ditarikan di Malaysia
dinamakan Tari Barongan. Deskripsi akan tarian ini ditampilkan dalam situs
resmi Kementrian Kebudayaan Kesenian dan Warisan Malaysia. Tarian ini juga
menggunakan topeng dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya
terdapat bulu-bulu merak, yang merupakan asli buatan pengrajin Ponorogo .
Permasalahan lainnya yang timbul adalah ketika ditarikan, pada reog ini
ditempelkan tulisan “Malaysia” dan diaku menjadi warisan Melayu dari Batu Pahat
Johor dan Selangor Malaysia – dan hal ini sedang diteliti lebih lanjut oleh
pemerintah Indonesia. [8]. Hal ini memicu protes dari berbagai pihak di
Indonesia, termasuk seniman Reog asal Ponorogo yang berkata bahwa hak cipta
kesenian Reog dicatatkan dengan nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 dan
diketahui langsung oleh Menteri Hukum dan HAM Republik Indonesia. Ribuan
Seniman Reog pun menggelar demo di depan Kedutaan Malaysia. Berlawanan dengan
foto yang dicantumkan di situs kebudayaan, dimana dadak merak dari versi Reog
Ponorogo ditarikan dengan tulisan “Malaysia” , Duta Besar Malaysia untuk
Indonesia Datuk Zainal Abidin Muhammad Zain pada akhir November 2007 kemudian
menyatakan bahwa “Pemerintah Malaysia tidak pernah mengklaim Reog Ponorogo
sebagai budaya asli negara itu. Reog yang disebut “barongan” di Malaysia dapat
dijumpai di Johor dan Selangor karena dibawa oleh rakyat Jawa yang merantau ke
negeri jiran tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal
dari Jawa Timur bagian barat-laut dan Ponorogo dianggap sebagai kota asal Reog
yang sebenarnya.
Pada dasarnya ada lima versi cerita populer yang
berkembang di masyarakat tentang asal-usul Reog dan Warok, namun salah satu
cerita yang paling terkenal adalah cerita tentang pemberontakan Ki Ageng Kutu,
seorang abdi kerajaan pada masa Bra Kertabumi, Raja Majapahit terakhir yang
berkuasa pada abad ke-15. Ki Ageng Kutu murka akan pengaruh kuat dari pihak
rekan Cina rajanya dalam pemerintahan dan prilaku raja yang korup, ia pun
melihat bahwa kekuasaan Kerajaan Majapahit akan berakhir. Ia lalu meninggalkan
sang raja dan mendirikan perguruan dimana ia mengajar anak-anak muda seni bela
diri, ilmu kekebalan diri, dan ilmu kesempurnaan dengan harapan bahwa anak-anak
muda ini akan menjadi bibit dari kebangkitan lagi kerajaan Majapahit kelak.
Sadar bahwa pasukannya terlalu kecil untuk melawan pasukan kerajaan maka pesan
politis Ki Ageng Kutu disampaikan melalui pertunjukan seni Reog, yang merupakan
“sindiran” kepada Raja Bra Kertabumi dan kerajaannya. Pagelaran Reog menjadi
cara Ki Ageng Kutu membangun perlawanan masyarakat lokal menggunakan
kepopuleran Reog.
B. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini, mudah-mudahan generasi
penerus bangsa bisa mengenali budaya bangsanya sendiri, dan dapat melestarikan
budaya tersebut sehingga keberadaan budaya indonesia bisa di akui oleh dunia.